← Back to portfolio

Wanita dan Keperawanan

Published on

Hallo, kamu masih perawan ?

Hihi…


Perawan itu apa sih?
Sebelum merambat kemana – mana, saya ingin memberitahukan artian perawan dalam kamus besar bahasa Indonesia dan Wikipedia terlebih dahulu. Dalam KBBI, perawan adalah anak perempuan yang sudah patut dikawin ; anak dara ; gadis. Sedangkan dalam Wikipedia, perawan atau gadis adalah perempuan yang belum mempunyai suami dan belum pernah melakukan persetubuhan. Secara umum, perawan juga direlasikan dengan kesucian.

Seperti yang sering kita dengar, keperawanan seorang wanita ditandai dengan utuhnya selaput dara pada daerah vagina. Padahal, hilang atau robeknya selaput dara sendiri tidak selalu disebabkan oleh persetubuhan saja dan perlu diketahui juga bahwa bentuk selaput dara, dapat berubah akibat penetrasi seksual dan proses persalinan. Nah lho!

Wanita dan keperawanan

Berbicara tentang wanita dan keperawanannya seolah tidak pernah basi untuk dibahas. Saya menyempatkan diri untuk memasukkan kata kunci ‘perawan’ di google dan terperangah dengan suguhan link terkait, seperti : Ciri fisik cewek yang sudah tidak perawan, tanda wanita tidak perawan, perbedaan cewek perawan dan tidak perawan dan perawan – perawan lainnya.

Dalam pandangan masyarakat dan sosial budaya, keperawanan masih dianggap sebagai kesucian seorang wanita. Keperawanan dijadikan tolak ukur fisik yang dipakai pria, untuk terhindar dari wanita bandel yang mungkin saja sudah dibuahi pria lain. Sebuah tolak ukur yang menjadikan banyak sekali pria ngotot akan keperawanan seorang wanita dalam konteks menikah.

Hei, ladies…
Pernahkah kamu bertanya – tanya tentang
pentingnya keperawanan untuk dirimu sendiri?


Saya pernah bertanya – tanya tentang manfaat dan pentingnya sebuah keperawanan wanita untuk dirinya sendiri. Saya juga tidak begitu paham, mengapa keperawanan seorang wanita begitu penting, sampai ada orang – orang yang sibuk meneliti dan mengkaitkannya dengan bentuk fisik dan kepribadian wanita.

Saya juga pernah didesak oleh seorang kenalan, untuk menilai kebaikan seseorang dari keperawanan dan keperjakaannya. Saya sampai berulang kali mengatakan bahwa saya tidak bisa menilai seseorang dari hal remeh seperti itu. Tentu saja, dia terkejut dengan kata remeh yang keluar dari mulut saya. Ada juga yang berpendapat, bahwa saya menganggap keperawanan itu tidak penting, karena saya perempuan yang entah masih perawan atau tidak. Saya tertawa dan saya terima, karena masuk di akal.

Selama ini, saya belum pernah bertemu dengan wanita yang menuntut untuk memiliki pasangan yang perjaka. Rata – rata mereka berkomentar, “pria perjaka, bagus dan aman dong. Kalau pria yang ga perjaka, wajar. Laki – laki berpengalaman berarti.” Lain halnya dengan pria yang begitu ngotot akan keperawanan wanita. Mereka berteriak dengan lantang “perawan hampir punah!” dan entah mengapa membuat saya melihat mereka sebagai P3K – singkatan dari Pria – Pria Penyembah Keperawanan.


Lalu, Keperawanan itu apa?

Keperawanan merupakan warisan dari budaya patriarki untuk menundukkan tubuh wanita dan ini terlihat dari sikap para P3K yang begitu ngotot akan keperawanan wanita. Para P3K yang menjadikan keperawanan sebagai kepentingan otoritas pria yang sama sekali tidak ada manfaatnya untuk wanita dan menjadikan keperawanan sebagai tolak ukur wanita untuk dinilai manusia utuh.

Keperawanan adalah sebuah mitos yang telah dibangun serta diwariskan sejak ratusan tahun lalu dan diyakini begitu saja. Sebuah mitos yang membuat wanita diliputi perasaan cemas sepanjang hidupnya, gara – gara keperawanannya. Memangnya, kalau kamu tidak perawan, kamu tidak berhak diperlakukan sebagai manusia? Memangnya kalau kamu bukan perawan, kamu menjadi tidak berharga?

Saya pribadi memandang keperawanan sebagai sebuah pilihan. Saya tidak akan menghakimi siapapun tentang keperawanannya. Kamu boleh melepaskan keperawananmu entah pada kekasihmu atau suamimu. Tubuhmu, otoritasmu dan merupakan tanggung jawabmu.

Saya ingin memperkenalkan dua teman wanita saya yang hebat – hebat. Hmm… nama samarannya Lala dan Lili aja deh yaa~

Saya ingin menceritakan Lala terlebih dahulu, seorang wanita cantik, mandiri, hebat dan tangguh. Lala adalah wanita yang telah menyerahkan keperawanannya pada kekasihnya sampai akhirnya dia mengandung seorang anak perempuan yang menggemaskan. Saya katakan dia hebat, karena dia tetap berdiri dan terus melangkah, meski orang – orang menghujat perbuatannya. Orang – orang yang tidak hanya berbisik, tapi juga melabeli anaknya dengan label ‘anak haram’, karena persetubuhan yang dilakukan ibunya bersama kekasih tak bertanggung jawabnya.

Saya masih ingat betul, ketika mereka berbisik – bisik dan saya anteng bermain dengan anak manis yang diberi label ‘anak haram’ itu. Tiba – tiba saja, Lala berdiri dengan angkuh diatas heels 7 sentinya dan mendorong anaknya ketengah – tengah.

“Dia bukan anak haram. Dia anak gue. Kesalahan yang gue perbuat bukan untuk ditanggung anak gue! Lo semua bebas melabeli gue dengan label apapun, tapi tidak pada anak gue!” Katanya dengan lantang, membuat saya terkagum – kagum, sekaligus bangga memiliki teman wanita yang begitu tangguh melawan perilaku merendahkan dari masyarakat. Meskipun, pada akhirnya Lala mengalah dan pindah dari Bandung. ‘Anak gue makin gede’ katanya dan dengar – dengar dia sudah menikah lagi di tempatnya tinggal saat ini.

Lili memiliki kisah berbeda dengan Lala. Lili adalah seorang perempuan manis yang periang. Dia selalu mampu menciptakan suasana ceria dimanapun dia berada. Suatu kali, saya menemuinya sedang menangis tersedu – sedu disebuah balai kota dekat patung badak. Saya memang dimintanya untuk datang kesana dan seperti biasa, saya tidak menanyakan ‘kenapa’. Saya sebal pada air mata yang tidak jadi mengering, saat seseorang bertanya ‘kenapa’. Saya duduk disampingnya sambil menebar senyuman pada orang yang memandang kami dengan tanda tanya dikepalanya.

Setelah tangisnya mereda, Lili bercerita bahwa dia kembali gagal naik pelaminan untuk ketiga kalinya dan alasannya adalah dia sudah bukan perawan. Saya terkejut setengah mati dan dengan biadabnya saya bertanya, “Kok, bisa?” *getok – getok kepala tiap inget kebiadaban saat kepo* Lili menjadi menangis kembali dan dia bercerita bahwa dia pernah diperkosa oleh pamannya. Pemerkosaan yang ditutupi, karena merupakan aib keluarga. Saya tidak pernah setuju dengan penutupan kasus pemerkosaan dengan alasan aib keluarga. Saya rasa, sekalipun keluarga harus tetap diproses, agar tidak ada lagi orang – orang yang berpikiran bahwa pemerkosaan pada anggota keluarga pasti bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Cih, yang gitu mah gak mesti dianggep keluarga!

Dari Lala dan Lili saya pun belajar untuk tidak mudah menilai seseorang hanya sekedar dari selaput daranya. Saya juga kerap mendorong wanita – wanita yang bertahan pada pasangan yang abusive hanya karena keperawanan mereka sudah direnggut oleh kekasihnya. Saya adalah orang yang mudah gemas pada wanita yang memilih bertahan hanya karena sudah tidak perawan.

Ayolah…

Kebahagiaan kamu jauh lebih penting daripada sekedar selaput dara yang telah robek. Masih ada kok pria – pria berkualitas yang sama sekali tidak meributkan status keperawanan kamu.

BISIKAN DARI SAYA

Hei, ladies…

Ketahuilah bahwa keperawanan tidak membuatmu kehilangan harga diri. Sadarilah bahwa kamu jauh lebih berharga daripada sekedar lapisan tipis yang membalut vagina. Kamu tetap berhak diperlakukan baik oleh siapa saja. Kamu tetap berhak bersanding dengan pria – pria baik, dewasa dan mencintai kamu dengan segala kekuranganmu. Mengakui kamu sudah tidak perawan itu tidaklah memalukan dan hanya orang bodoh yang menilai moral seorang perempuan dari selaput daranya.

Satu hal lagi yang perlu kamu ketahui, menyerahkan keperawanan itu tidak akan pernah membuat dia (kekasihmu) menjadi menempel dan tidak akan pernah meninggalkanmu. Justru kamu yang akan menjadi menempel dan takut kehilangan dia.

Jadi, kamu harus pikirkan dengan baik segala sesuatunya. Seperti yang telah saya sebut sebelumnya, keperawanan adalah sebuah pilihan. Kamu memiliki kebebasan untuk menentukan, tetap perawan sampai menikah atau melepaskan pada kekasih yang kamu cintai dan percayai.

Hei, Gentleman!

Ketika kamu mengetahui kekasihmu sudah tidak perawan, kamu memiliki dua pilihan : meninggalkannya atau menerimanya.

Jika kamu adalah pria yang memilih meninggalkan seorang wanita, karena ketidak-perawanannya, tidak perlu menghakiminya ini dan itu, karena yang nantinya akan kamu nikahi bukanlah selaput daranya. Perlu kamu ketahui juga bahwa tidak semua wanita memiliki selaput dara, karena ada yang sejak bayi mereka terlahir tanpa selaput dara. Semua orang pernah melakukan kesalahan dan bagi beberapa orang, itu adalah sebuah aib. Sehingga, tidak perlulah kamu bercerita kesana – kemari tentang ketidak-perawanan wanita yang kamu tinggalkan itu. Karena, sudah pasti, mengakui sudah tidak perawan pada seseorang yang disayangi, sudah cukup menyulitkan.

Jika kamu adalah pria yang memilih menerima seorang wanita yang sudah tidak perawan, saya ucapkan selamat, karena anda adalah pria yang cukup dewasa. Menerima kekurangan orang lain bukanlah hal mudah dan menyadari bahwa keperawanan tidak berkaitan dengan kepribadian wanita pun cukup sulit bukan. Saya juga ucapkan terima kasih dan tetaplah menjadi pria keren yang menilai kualitas wanita bukan dari sekedar selaput daranya.


Akhir kata, terima kasih sudah membaca dan silahkan kirimkan ajakan ngopi santai ke twitter saya herdianiwulan ;D